Thursday, 8 September 2016

Teori Kepribadian Menurut Aliran Behaviorisme dari Jhon B. Watson




Definisi
Behaviorisme adalah sebuah aliran dalam psikologi yang didirikan oleh John B. Watson pada tahun 1913 yang berpendapat bahwa perilaku harus merupakan unsur subyek tunggal psikologi. Behaviorisme merupakan aliran revolusioner, kuat dan berpengaruh, serta memiliki akar sejarah yang cukup dalam. Behaviorisme lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme (yang menganalisis jiwa manusia berdasarkan laporan-laporan subjektif) dan juga psikoanalisis (yang berbicara tentang alam bawah sadar yang tidak tampak).
Behaviorisme secara keras menolak unsur-unsur kesadaran yang tidak nyata sebagai obyek studi dari psikologi, dan membatasi diri pada studi tentang perilaku yang nyata. Dengan demikian, Behaviorisme tidak setuju dengan penguraian jiwa ke dalam elemen seperti yang dipercayai oleh strukturalism. Berarti juga behaviorisme sudah melangkah lebih jauh dari fungsionalisme yang masih mengakui adanya jiwa dan masih memfokuskan diri pada proses-proses mental.
Behaviorisme ingin menganalisis bahwa perilaku yang tampak saja yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Behaviorisme memandang pula bahwa ketika dilahirkan, pada dasarnya manusia tidak membawa bakat apa-apa. Manusia akan berkembang berdasarkan stimulus yang diterimanya dari lingkungan sekitarnya. Lingkungan yang buruk akan menghasilkan manusia buruk, lingkungan yang baik akan menghasilkan manusia baik. Kaum behavioris memusatkan dirinya pada pendekatan ilmiah yang sungguh-sungguh objektif. Kaum behavioris mencoret dari kamus ilmiah mereka, semua peristilahan yang bersifat subjektif, seperti sensasi, persepsi, hasrat, tujuan, bahkan termasuk berpikir dan emosi, sejauh kedua pengertian tersebut dirumuskan secara subjektif.

John B Watson (1878-1958)
Menurut John Watson, perilaku yang terbentuk merupakan hasil suatu pengondisian. Hubungan berantai sederhana antara stimulus dan respon yang membentuk rangkaian kompleks perilaku. Rangkaian kompleks perilaku meliputi; pemikiran, motivasi, kepribadian, emosi dan pembelajaran.
Behaviorisme juga disebut psikologi S – R (stimulus dan respon). Behaviorisme menolak bahwa pikiran merupakan subjek psikologi dan bersikeras bahwa psokologi memiliki batas pada studi tentang perilaku dari kegiatan-kegiatan manusia dan binatang yang dapat diamati.
Teori Behaviorisme sendiri pertama kali diperkenalkan oleh John B. Watson (1879-1958)
Aliran behaviorisme mempunyai 3 ciri penting.
1.       Menekankan pada respon-respon yang dikondisikan sebagai elemen dari perilaku
2.       Menekankan pada perilaku yang dipelajari dari pada perilaku yang tidak dipelajari. Behaviorisme menolak kecenderungan pada perilaku yang bersifat bawaan.
3.       Memfokuskan pada perilaku binatang. Menurutnya, tidak ada perbedaan alami antara perilaku manusia dan perilaku binatang. Kita dapat belajar banyak tentang perilaku kita sendiri dari studi tentang apa yang dilakukan binatang.
menurut penganut aliran ini perilaku selalu dimulai dengan adanya rangsangan yaitu berupa stimulus dan diikuti oleh suatu reaksi beupa respons terhadap rangsangan itu. Salah satu penganut watson yang sangat besar masukannya untuk perkembangan behaviorisme adalah B.F. Skinner. Aliran ini memandang manusia seperti mesin yang dapat dikendalikan perilakunya lewat suatu pengkondisian. Ini menganggap manusia yang meberikan respon positif yang berasal dari luar. Dalam aliran ini manusia di anggap tidak memiliki sikap diri sendiri.
Jadi menurut Behaviorisme manusia dianggap memberikan respons secara pasif terhadap stimulus-stimulus dari luar. Kepribadian manusia sebagai suatu sistem yang bertingkah laku menurut cara yang sesuai peraturannya dan menganggap manusia tidak memiliki sikap diri sendiri.
Kepribadian yang sehat menurut behavioristik:
1.       Memberikan respon terhadap faktor dari luar seperti orang lain dan lingkungannya
2.       Bersifat sistematis dan bertindak dengan dipengaruhi oleh pengalaman
3.       Sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal, karena manusia tidak memiliki sikap dengan bawaan sendiri.
4.       Menekankan pada tingkah laku yang dapat diamati dan menggunakan metode yang obyektif.
Berbeda dengan Thorndike, menurut Watson, pelopor yang datang sesudah Thorndike, stimulus dan respons tersebut harus berbentuk tingkah laku yang "bisa diamati" (observable). Dengan kata lain, Watson mengabaikan berbagai perubahan mental yang mungkin terjadi dalam belajar dan menganggapnya sebagai faktor yang tidak perlu diketahui. Bukan berarti semua perubahan mental yang terjadi dalam benak siswa tidak penting. Semua itu penting, Akan tetapi faktor-faktor tersebut tidak bisa menjelaskan apakah proses belajar sudah terjadi.Hanya dengan asumsi demikianlah, menurut Watson, dapat diramalkan perubahan apa yang bakal terjadi pada siswa. Hanya dengan demikian pula psikologi dan ilmu tentang belajar dapat disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperti fisika atau biologi yang sangat berorientasi pada pengalaman empiris.Berdasarkan uraian ini, penganut aliran tingkah laku lebih suka memilih untuk tidak memikirkan hal-hal yang tidak bisa diukur, meskipun mereka tetap mengakui bahwa semua hal itu penting.Tiga pakar lain adalah Clark Hull, Edwin Guthrie, dan B.F. Skinner. Seperti kedua pakar terdahulu, ketiga orang yang terkahir ini juga menggunakan variabel stimulus-respons untuk menjelaskan teori-teori mereka. Namun, meskipun ketiga pakar ini mendapat julukan yang sama, yaitu pendiri aliran tingkah laku (neo behaviorist), mereka berbeda satu sama lain dalam beberapa hal seperti diuraikan berikut.
Behavioristik

aliran ini menganggap manusia sebagai mesin layaknya alat pengatur panas. Maksudnya manusia sebagai sistem konflik yang bertingkah laku menurut cara yang sesuai hukum. aliran ini juga menganggap manusia tidak memiliki sikap diri sendiri.
Ini di prakarsai oleh John B Watson (1879-19580 yang lama di universitas  John Hopkins. Watson menolak bahwa pikiran sebagai subjek psikologi dan bersikeras bahwa psokilogi dibatasi pada studi tentang perilaku dari kegiatan-kegiatan manusia dan binatang yang dapat di observasi. 
Aliran perilaku mempunyai 3 ciri penting : 
  1. Menekankan pada respon-respon yang dikondisikan sebagai elemen-elemen atau bangunan perilaku
  2. Menekankan pada perilaku yang dipelajari daripada perilaku yang tidak dipelajari. Behaviorisme kecenderungan menolak perilaku bawaan
  3. Difokuskan pada perilaku binatang. Tidak ada perbedaan esensial antara perilaku manusia dan perilaku binatang dan bahwa kita dapat belajar banyak tentang perilaku kita sendiri dari studi tentang apa yang dilakukan binatang                  
 Kepribadian yang sehat adalah kepribadian yang dapat mempelajari sifat dan perilaku dari mana saja baik dari sesama manusia maupun binatang sendiri, tapi kita juga dapat memilih yang mana yang baik dan yang mana yang tidak. 


PSIKOLOGI PERILAKU (BEHAVIORISME) MEMANDANG MANUSIA
 Berlainan dengan psikoanalisis yang menggambarkan bahwa secara tak disadari dorongan nafsu-nafsu yang rendah banyak menentukan perilaku manusia, perilaku menunjukkan bahwa upaya rekayasa dan kondisi lingkungan luar adalah hal yang paling mempengaruhi dan menentukan kepribadian manusia. Dengan demikian dapat dipahami bahwa, psikologi perilaku menganggap manusia pada hakikatnya adalah netral, baik-buruknya perilaku terpengaruh dari pengaruh situasi dan perlakuan yang dialami. Asumsi-asumsi ini diperoleh melalui eksperimen-eksperimen dengan hewan dengan tujuan untuk mengetahui pola dasar perilaku manusia dan proses perubahannya. Usaha ilmiah itu dianggap sebagai reaksi terhadap psikoanalisis yang wawasan-wawasannya terlalu dianggap hipotesis dan intuitif dengan teori-teorinya yang konon kurang didukung oleh temuan-temuan riset empiris.
Psikologi perilaku memberikan kontribusi penting dengan ditemukannya asas-asas perubahan perilaku yang banyak diamalkan dalam kegiatan pendidikan, psikoterapi, pembentukan kebiasaan, perubahan sikap, dan penertiban social melalui law of enforcement, yakni:
a.                  Classical Conditioning (pembiasaan klasik) yaitu rangsang (stimulus) netral akan menimbulkan pola reaksi tertentu apabila rangsang itu sering diberikan bersamaan dengan rangsang lain yang secara alamiah menimbulkan pola reaksi tersebut.
b.                  Law of effect (hukum akibat) yakni perilaku yang menimbulkan akibat-akibat yang memuaskan pelaku cenderung diulangi; sebaliknya  perilaku yang menimbulkan akibat tidak memuaskan atau merugikan cenderung dihentikan.
c.                   Operant conditioning (pembiasaan operan): suatu pola perilaku akan mantap apabila berhasil diperoleh hal-hal yang diinginkan pelaku (penguat positif) atau mengakibatkan hilangnya hal-hal yang tak diinginkan (penguat negatif). Di sisi lain suatu pola perilaku tertentu akan menghilang apabila perilaku itu mengakibatkan dialaminya hal-hal yang tidak menyenangkan (Hukuman), atau mengakibatkan hilangnya hal-hal yang menyenangkan pelaku (Penghapusan).
d.                  Modeling (peneladanan): perubahan perilaku dalam kehidupan sosial terjadi karena proses dan peneladanan terhadap perilaku orang lain yang disenangi dan dikagumi.

Keempat asas perubahan perilaku itu berkaitan langsung dengan proses belajar yang melibatkan unsur-unsur kognisi (pemikiran), afeksi (perasaan), konasi (kemauan), dan aksi (tindakan) atau dengan kata lain meliputi unsur cipta, rasa, karsa, dan karya.
Behaviorisme atau Aliran Perilaku (juga disebut Perspektif Belajar) adalah filosofi dalam psikologi yang berdasar pada proposisi bahwa semua yang dilakukan organisme yang termasuk tindakan, pikiran, atau perasaan dapat dan harus dianggap sebagai perilaku. Aliran ini berpendapat bahwa perilaku demikian dapat digambarkan secara ilmiah tanpa melihat peristiwa fisiologis internal atau konstrak hipotetis seperti pikiran. Behaviorisme beranggapan bahwa semua teori harus memiliki dasar yang bisa diamati tapi tidak ada perbedaan antara proses yang dapat diamati secara publik (seperti tindakan) dengan proses yang diamati secara pribadi (seperti pikiran dan perasaan).
Aliran behaviorisme memperlakukan manusia sebagai mesin, yaitu di dalam suatu system kompleks yang bertingkah laku menurut cara-cara yang sesuai dengan hukum. Dalam pandangan kaum behavioris, individu digambarkan sebagai suatu organisme yang bersifat baik, teratur, dan ditentukan sebelumnya, dengan banyak spontanitas, kegembiraan hidup, berkreativitas, seperti alat pengatur panas.
Kepribadian sehat behavioristik :
·         Manusia adalah makhluk perespon; lingkungan mengontrol perilaku.
·         Manusia tidak memiliki sikap diri sendiri
·         Mementingkan faktor lingkungan
·         Menekankan pada faktor bagian
·         Menekankan pada tingkah laku yang nampak dengan mempergunakan metode obyektif.
·         Sifatnya mekanis mementingkan masa lalu
Manusia diperlukan sebagai mesin, layaknya alat pengatur panas yang mengatur semuanya. Aliran ini menganggap manusia yang memberikan respons positif yang berasal dari luar. Dalam aliran ini manusia dianggap tidak memiliki sikap diri sendiri. Dan ciri-cirinya yaitu tersusun baik, teratur dan ditentukan sebelumnya, dengan banyak spontanitas, kegembiraan hidup dan kreativitas.
Jadi, manusia dilihat oleh para behavioris sebagai orang-orang yang memberikan respons secara pasif terhadap stimulus-stimulus dari luar dan manusia di anggap tidak memiliki diri sendiri.
Prinsip dasar behaviorisme:
1.      Perilaku nyata dan terukur memiliki makna tersendiri, bukan sebagai perwujudan dari jiwa atau mental yang abstrak
2.      Aspek mental dari kesadaran yang tidak memiliki bentuk fisik adalah pseudo problem untuk sciene, harus dihindari.
3.      Penganjur utama adalah Watson : overt, observable behavior, adalah satu-satunya subyek yang sah dari ilmu psikologi yang benar.
4.      Dalam perkembangannya, pandangan Watson yang ekstrem ini dikembangkan lagi oleh para behaviorist dengan memperluas ruang lingkup studi behaviorisme dan akhirnya pandangan behaviorisme juga menjadi tidak seekstrem Watson, dengan mengikutsertakan faktor-faktor internal juga, meskipun fokus pada overt behavior tetap terjadi.
5.      Aliran behaviorisme juga menyumbangkan metodenya yang terkontrol dan bersifat positivistik dalam perkembangan ilmu psikologi.
6.      Banyak ahli (a.l. Lundin, 1991 dan Leahey, 1991) membagi behaviorisme ke dalam dua periode, yaitu behaviorisme awal dan yang lebih belakangan.
Behavioristik di pengaruhi oleh stimulus-respon. Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus-respon akan semakin kuat bila diberi penguatan. Penguatan tersebut terbagi atas penguatan positif dan penguatan negatif. Penguatan positif sebagai stimulus, dapat meningkatkan terjadinya pengulangan tingkah laku itu. Sedangkan penguatan negatif dapat mengakibatkan perilaku berkurang atau menghilang.
Terapi perilaku (behavior therapy) dan pengubahan perilaku (behavior modification) atau pendekatan behavioristik dalam psikoterapi, adalah salah satu dari beberapa “revolusi” dalam dunia pengetahuan psikologi, khususnya psikoterapi. Pendekatan behavioristik yang dewasa ini banyak depergunakan dalam rangka melakukan kegiatan psikoterapi dalam arti luas atau konseling dalam arti sempitnya, bersumber pada aliran behaviorisme. Aliran ini pada mulanya tumbuh subur di Amerika dengan tokohnya yang terkenal ekstrim, yakni John Broadus Watson, suatu aliran yang menitik beratkan peranan lingkungan, peranan dunia luar sebagai factor penting di mana seseorang dipengaruhi, seseorang belajar.
Pada abad ke-17, dunia pengetahuan Filsafat ditandai oleh dua kubu besar yakni kubu “empiricism” (physical science) dan kubu “naturalism” (biological science). Pada akhir abad yang lalu, mempengaruhi lahirnya aliran behaviorisme dengan pendekatan-pendekatannya yang kemudian menjadi terkenal dengan terapi perilaku (behavior therapy) dan perubahan perilaku (behavior modification).

Konsep Manusia Dalam Behavioristik
Para ahli psikologi behavioristik memandang manusia tidak pada dasarnya baik atau jahat. Para ahli yang melakukan pendekatan behavioristik,memandang manusia sebagai pemberi respons (responder), sebagai hasil dari proses kondisioning yang telah terjadi.
·         Dustin & George (1977) yang dikutip oleh George & Cristiani (1981), mengemikakan pandangan behavioristik terhadap konsep manusia, yakni :
1.      Manusia di pandang sebagai individu yang pada hakikatnya bukan individu yang baik atau yang jahat,tetapi sebagai individu yang selalu berada dalam keadaan sedang mengalami,yang memiliki kemampuan untuk menjadi sesuatu pada semua jenis perilaku.
2.      Manusia mampu mengkonseptualisasikan dan mengontrol perilakunya sendiri.
3.      Manusia mampu memperoleh perilaku yang baru.
4.      Manusia bisa mempengaruhi perilaku orang lain sama halnya dengan perilakunya yang bisa dipengaruhi orang lain.
·         Ivey, et al (1987) mengemukakan bahwa pernah para pendukung pendekatan behavioristik merumuskan manusia sebagai manusia yang mekanistik dan deterministik, dimana manusia dianggap bisa dibentuk sepenuhnya oleh lingkungan dan sedikit memiliki kesempatan untuk memilih. Namun pendekatan behavioristik yang baru, menitikberatkan meningkatnya kebebasan dan pilihan melalui pemahaman terhadap dasar-dasar perilaku seseorang.
·         Corey (1991) mengemukakan bahwa pada terapi perilaku, perilaku adalah hasil dari belajar. Kita semua adalah hasil dari lingkungan sekaligus adalah pencipta lingkungan. Tidak ada dasar yang berlaku umum bisa menjelaskan semua perilaku. Karena, setiap perilaku ada kaitanya dengan sumber yang ada di lingkungan yang menyebabkan terjadinya sesuatu perilaku tersebut.
·         Albert Bandura (1974, 1977, 1986) yang terkenal sebagai tokoh teori sosial-belajar, menolak suatu konsep bahwa manusia adalah pribadi yang mekanistik dengan model perilakunya yang deterministik. Pengubahan (modifikasi) perilaku bertujuan untuk meningkatkan kemampuan seseorang agar jumlah respon akan lebih banyak
Behaviorisme muncul sebagai kritik lebih lanjut dari strukturalisme Wundt. Meskipun didasari pandangan dan studi ilmiah dari Rusia, aliran ini berkembang di AS, dan merupakan lanjutan dari fungsionalisme.
Behaviorisme secara keras menolak unsur-unsur kesadaran yang tidak nyata sebagai obyek studi dari psikologi, dan membatasi diri pada studi tentang perilaku yang nyata. Dengan demikian, Behaviorisme tidak setuju dengan penguraian jiwa ke dalam elemen seperti yang dipercayai oleh strukturalism. Berarti juga behaviorisme sudah melangkah lebih jauh dari fungsionalisme yang masih mengakui adanya jiwa dan masih memfokuskan diri pada proses-proses mental.
Meskipun pandangan Behaviorisme sekilas tampak radikal dan mengubah pemahaman tentang psikologi secara drastis, Brennan (1991) memandang munculnya Behaviorisme lebih sebagai perubahan evolusioner daripada revolusioner. Dasar-dasar pemikiran Behaviorisme sudah ditemui berabad-abad sebelumnya.
Prinsip Dasar Behaviorisme
§  Perilaku nyata dan terukur memiliki makna tersendiri, bukan sebagai perwujudan dari jiwa atau mental yang abstrak
§  Aspek mental dari kesadaran yang tidak memiliki bentuk fisik adalah pseudo problem untuk sciene, harus dihindari.
§  Penganjur utama adalah Watson : overt, observable behavior, adalah satu-satunya subyek yang sah dari ilmu psikologi yang benar.
§  Dalam perkembangannya, pandangan Watson yang ekstrem ini dikembangkan lagi oleh para behaviorist dengan memperluas ruang lingkup studi behaviorisme dan akhirnya pandangan behaviorisme juga menjadi tidak seekstrem Watson, dengan mengikutsertakan faktor-faktor internal juga, meskipun fokus pada overt behavior tetap terjadi.
§  Aliran behaviorisme juga menyumbangkan metodenya yang terkontrol dan bersifat positivistik dalam perkembangan ilmu psikologi.
§  Banyak ahli (a.l. Lundin, 1991 dan Leahey, 1991) membagi behaviorisme ke dalam dua periode, yaitu behaviorisme awal dan yang lebih belakangan.

1 comment: