Definisi
Behaviorisme adalah
sebuah aliran dalam psikologi yang didirikan oleh John B. Watson pada tahun
1913 yang berpendapat bahwa perilaku harus merupakan unsur subyek tunggal psikologi.
Behaviorisme merupakan aliran revolusioner, kuat dan berpengaruh, serta
memiliki akar sejarah yang cukup dalam. Behaviorisme lahir sebagai reaksi
terhadap introspeksionisme (yang menganalisis jiwa manusia berdasarkan
laporan-laporan subjektif) dan juga psikoanalisis (yang berbicara tentang alam
bawah sadar yang tidak tampak).
Behaviorisme secara
keras menolak unsur-unsur kesadaran yang tidak nyata sebagai obyek studi dari
psikologi, dan membatasi diri pada studi tentang perilaku yang nyata. Dengan
demikian, Behaviorisme tidak setuju dengan penguraian jiwa ke dalam elemen
seperti yang dipercayai oleh strukturalism. Berarti juga behaviorisme sudah
melangkah lebih jauh dari fungsionalisme yang masih mengakui adanya jiwa dan
masih memfokuskan diri pada proses-proses mental.
Behaviorisme ingin
menganalisis bahwa perilaku yang tampak saja yang dapat diukur, dilukiskan, dan
diramalkan. Behaviorisme memandang pula bahwa ketika dilahirkan, pada dasarnya
manusia tidak membawa bakat apa-apa. Manusia akan berkembang berdasarkan
stimulus yang diterimanya dari lingkungan sekitarnya. Lingkungan yang buruk
akan menghasilkan manusia buruk, lingkungan yang baik akan menghasilkan manusia
baik. Kaum behavioris memusatkan dirinya pada pendekatan ilmiah yang sungguh-sungguh
objektif. Kaum behavioris mencoret dari kamus ilmiah mereka, semua peristilahan
yang bersifat subjektif, seperti sensasi, persepsi, hasrat, tujuan, bahkan
termasuk berpikir dan emosi, sejauh kedua pengertian tersebut dirumuskan secara
subjektif.
John B Watson (1878-1958)
Menurut
John Watson, perilaku yang terbentuk merupakan hasil suatu pengondisian.
Hubungan berantai sederhana antara stimulus dan respon yang membentuk rangkaian
kompleks perilaku. Rangkaian kompleks perilaku meliputi; pemikiran, motivasi,
kepribadian, emosi dan pembelajaran.
Behaviorisme juga disebut
psikologi S – R (stimulus dan respon). Behaviorisme menolak bahwa pikiran
merupakan subjek psikologi dan bersikeras bahwa psokologi memiliki batas pada
studi tentang perilaku dari kegiatan-kegiatan manusia dan binatang yang dapat
diamati.
Teori Behaviorisme sendiri pertama
kali diperkenalkan oleh John B. Watson (1879-1958)
Aliran behaviorisme mempunyai 3 ciri penting.
Aliran behaviorisme mempunyai 3 ciri penting.
1. Menekankan
pada respon-respon yang dikondisikan sebagai elemen dari perilaku
2. Menekankan
pada perilaku yang dipelajari dari pada perilaku yang tidak dipelajari.
Behaviorisme menolak kecenderungan pada perilaku yang bersifat bawaan.
3. Memfokuskan
pada perilaku binatang. Menurutnya, tidak ada perbedaan alami antara perilaku
manusia dan perilaku binatang. Kita dapat belajar banyak tentang perilaku kita
sendiri dari studi tentang apa yang dilakukan binatang.
menurut
penganut aliran ini perilaku selalu dimulai dengan adanya rangsangan yaitu
berupa stimulus dan diikuti oleh suatu reaksi beupa respons terhadap rangsangan
itu. Salah satu penganut watson yang sangat besar masukannya untuk perkembangan
behaviorisme adalah B.F. Skinner. Aliran ini memandang manusia seperti mesin
yang dapat dikendalikan perilakunya lewat suatu pengkondisian. Ini menganggap
manusia yang meberikan respon positif yang berasal dari luar. Dalam aliran ini
manusia di anggap tidak memiliki sikap diri sendiri.
Jadi
menurut Behaviorisme manusia dianggap memberikan respons secara pasif terhadap
stimulus-stimulus dari luar. Kepribadian manusia sebagai suatu sistem yang
bertingkah laku menurut cara yang sesuai peraturannya dan menganggap manusia
tidak memiliki sikap diri sendiri.
Kepribadian yang sehat menurut behavioristik:
1. Memberikan
respon terhadap faktor dari luar seperti orang lain dan lingkungannya
2. Bersifat
sistematis dan bertindak dengan dipengaruhi oleh pengalaman
3. Sangat
dipengaruhi oleh faktor eksternal, karena manusia tidak memiliki sikap dengan
bawaan sendiri.
4. Menekankan
pada tingkah laku yang dapat diamati dan menggunakan metode yang obyektif.
Berbeda dengan Thorndike, menurut
Watson, pelopor yang datang sesudah Thorndike, stimulus dan respons tersebut
harus berbentuk tingkah laku yang "bisa diamati" (observable).
Dengan kata lain, Watson mengabaikan berbagai perubahan mental yang mungkin
terjadi dalam belajar dan menganggapnya sebagai faktor yang tidak perlu
diketahui. Bukan berarti semua perubahan mental yang terjadi dalam benak siswa
tidak penting. Semua itu penting, Akan tetapi faktor-faktor tersebut tidak bisa
menjelaskan apakah proses belajar sudah terjadi.Hanya dengan asumsi
demikianlah, menurut Watson, dapat diramalkan perubahan apa yang bakal terjadi
pada siswa. Hanya dengan demikian pula psikologi dan ilmu tentang belajar dapat
disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperti fisika atau biologi yang sangat
berorientasi pada pengalaman empiris.Berdasarkan uraian ini, penganut aliran
tingkah laku lebih suka memilih untuk tidak memikirkan hal-hal yang tidak bisa
diukur, meskipun mereka tetap mengakui bahwa semua hal itu penting.Tiga pakar
lain adalah Clark Hull, Edwin Guthrie, dan B.F. Skinner. Seperti kedua pakar
terdahulu, ketiga orang yang terkahir ini juga menggunakan variabel
stimulus-respons untuk menjelaskan teori-teori mereka. Namun, meskipun ketiga pakar
ini mendapat julukan yang sama, yaitu pendiri aliran tingkah laku (neo
behaviorist), mereka berbeda satu sama lain dalam beberapa hal seperti
diuraikan berikut.
Behavioristik
aliran ini menganggap manusia sebagai mesin layaknya alat pengatur panas. Maksudnya manusia sebagai sistem konflik yang bertingkah laku menurut cara yang sesuai hukum. aliran ini juga menganggap manusia tidak memiliki sikap diri sendiri.
Ini di prakarsai oleh John B Watson (1879-19580 yang
lama di universitas John Hopkins. Watson menolak bahwa pikiran sebagai
subjek psikologi dan bersikeras bahwa psokilogi dibatasi pada studi tentang
perilaku dari kegiatan-kegiatan manusia dan binatang yang dapat di
observasi.
Aliran perilaku mempunyai 3 ciri penting :
- Menekankan pada respon-respon yang dikondisikan sebagai elemen-elemen atau bangunan perilaku
- Menekankan pada perilaku yang dipelajari daripada perilaku yang tidak dipelajari. Behaviorisme kecenderungan menolak perilaku bawaan
- Difokuskan pada perilaku binatang. Tidak ada perbedaan esensial antara perilaku manusia dan perilaku binatang dan bahwa kita dapat belajar banyak tentang perilaku kita sendiri dari studi tentang apa yang dilakukan binatang
Kepribadian yang
sehat adalah kepribadian yang dapat mempelajari sifat dan perilaku dari mana
saja baik dari sesama manusia maupun binatang sendiri, tapi kita juga dapat
memilih yang mana yang baik dan yang mana yang tidak.
PSIKOLOGI PERILAKU (BEHAVIORISME) MEMANDANG MANUSIA
Berlainan dengan psikoanalisis yang
menggambarkan bahwa secara tak disadari dorongan nafsu-nafsu yang rendah banyak
menentukan perilaku manusia, perilaku menunjukkan bahwa upaya rekayasa dan
kondisi lingkungan luar adalah hal yang paling mempengaruhi dan menentukan
kepribadian manusia. Dengan demikian dapat dipahami bahwa, psikologi perilaku
menganggap manusia pada hakikatnya adalah netral, baik-buruknya perilaku
terpengaruh dari pengaruh situasi dan perlakuan yang dialami. Asumsi-asumsi ini
diperoleh melalui eksperimen-eksperimen dengan hewan dengan tujuan untuk
mengetahui pola dasar perilaku manusia dan proses perubahannya. Usaha ilmiah
itu dianggap sebagai reaksi terhadap psikoanalisis yang wawasan-wawasannya
terlalu dianggap hipotesis dan intuitif dengan teori-teorinya yang konon kurang
didukung oleh temuan-temuan riset empiris.
Psikologi perilaku memberikan kontribusi penting
dengan ditemukannya asas-asas perubahan perilaku yang banyak diamalkan dalam
kegiatan pendidikan, psikoterapi, pembentukan kebiasaan, perubahan sikap, dan
penertiban social melalui law of enforcement, yakni:
a.
Classical
Conditioning (pembiasaan klasik) yaitu rangsang (stimulus)
netral akan menimbulkan pola reaksi tertentu apabila rangsang itu sering
diberikan bersamaan dengan rangsang lain yang secara alamiah menimbulkan pola
reaksi tersebut.
b.
Law of
effect (hukum akibat) yakni perilaku yang menimbulkan akibat-akibat yang memuaskan
pelaku cenderung diulangi; sebaliknya perilaku yang menimbulkan akibat
tidak memuaskan atau merugikan cenderung dihentikan.
c.
Operant
conditioning (pembiasaan operan): suatu pola perilaku akan mantap
apabila berhasil diperoleh hal-hal yang diinginkan pelaku (penguat positif)
atau mengakibatkan hilangnya hal-hal yang tak diinginkan (penguat negatif). Di
sisi lain suatu pola perilaku tertentu akan menghilang apabila perilaku itu
mengakibatkan dialaminya hal-hal yang tidak menyenangkan (Hukuman), atau
mengakibatkan hilangnya hal-hal yang menyenangkan pelaku (Penghapusan).
d.
Modeling (peneladanan):
perubahan perilaku dalam kehidupan sosial terjadi karena proses dan peneladanan
terhadap perilaku orang lain yang disenangi dan dikagumi.
Keempat asas perubahan perilaku itu berkaitan langsung
dengan proses belajar yang melibatkan unsur-unsur kognisi (pemikiran), afeksi
(perasaan), konasi (kemauan), dan aksi (tindakan) atau dengan
kata lain meliputi unsur cipta, rasa, karsa, dan karya.
Behaviorisme atau Aliran
Perilaku (juga disebut Perspektif Belajar) adalah filosofi dalam psikologi yang
berdasar pada proposisi bahwa semua yang dilakukan organisme yang termasuk
tindakan, pikiran, atau perasaan dapat dan harus dianggap sebagai perilaku.
Aliran ini berpendapat bahwa perilaku demikian dapat digambarkan secara ilmiah tanpa melihat peristiwa fisiologis internal
atau konstrak hipotetis seperti pikiran. Behaviorisme beranggapan bahwa semua
teori harus memiliki dasar yang bisa diamati tapi tidak ada perbedaan antara
proses yang dapat diamati secara publik (seperti tindakan) dengan proses yang
diamati secara pribadi (seperti pikiran dan perasaan).
Aliran
behaviorisme memperlakukan manusia sebagai mesin, yaitu di dalam suatu system
kompleks yang bertingkah laku menurut cara-cara yang sesuai dengan hukum. Dalam
pandangan kaum behavioris, individu digambarkan sebagai suatu organisme yang
bersifat baik, teratur, dan ditentukan sebelumnya, dengan banyak spontanitas,
kegembiraan hidup, berkreativitas, seperti alat pengatur panas.
Kepribadian sehat behavioristik :
·
Manusia
adalah makhluk perespon; lingkungan mengontrol perilaku.
·
Manusia
tidak memiliki sikap diri sendiri
·
Mementingkan
faktor lingkungan
·
Menekankan
pada faktor bagian
·
Menekankan
pada tingkah laku yang nampak dengan mempergunakan metode obyektif.
·
Sifatnya
mekanis mementingkan masa lalu
Manusia
diperlukan sebagai mesin, layaknya alat pengatur panas yang mengatur semuanya.
Aliran ini menganggap manusia yang memberikan respons positif yang berasal dari
luar. Dalam aliran ini manusia dianggap tidak memiliki sikap diri sendiri. Dan
ciri-cirinya yaitu tersusun baik, teratur dan ditentukan sebelumnya, dengan
banyak spontanitas, kegembiraan hidup dan kreativitas.
Jadi,
manusia dilihat oleh para behavioris sebagai orang-orang yang memberikan
respons secara pasif terhadap stimulus-stimulus dari luar dan manusia di anggap
tidak memiliki diri sendiri.
Prinsip dasar behaviorisme:
1. Perilaku
nyata dan terukur memiliki makna tersendiri, bukan sebagai perwujudan dari jiwa
atau mental yang abstrak
2. Aspek mental
dari kesadaran yang tidak memiliki bentuk fisik adalah pseudo problem untuk
sciene, harus dihindari.
3. Penganjur
utama adalah Watson : overt, observable behavior, adalah satu-satunya subyek
yang sah dari ilmu psikologi yang benar.
4. Dalam
perkembangannya, pandangan Watson yang ekstrem ini dikembangkan lagi oleh para
behaviorist dengan memperluas ruang lingkup studi behaviorisme dan akhirnya
pandangan behaviorisme juga menjadi tidak seekstrem Watson, dengan
mengikutsertakan faktor-faktor internal juga, meskipun fokus pada overt
behavior tetap terjadi.
5. Aliran
behaviorisme juga menyumbangkan metodenya yang terkontrol dan bersifat
positivistik dalam perkembangan ilmu psikologi.
6. Banyak ahli
(a.l. Lundin, 1991 dan Leahey, 1991) membagi behaviorisme ke dalam dua periode,
yaitu behaviorisme awal dan yang lebih belakangan.
Behavioristik
di pengaruhi oleh stimulus-respon. Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk
melalui ikatan stimulus-respon akan semakin kuat bila diberi penguatan.
Penguatan tersebut terbagi atas penguatan positif dan penguatan negatif.
Penguatan positif sebagai stimulus, dapat meningkatkan terjadinya pengulangan
tingkah laku itu. Sedangkan penguatan negatif dapat mengakibatkan perilaku
berkurang atau menghilang.
Terapi perilaku
(behavior therapy) dan pengubahan perilaku (behavior modification) atau
pendekatan behavioristik dalam psikoterapi, adalah salah satu dari beberapa
“revolusi” dalam dunia pengetahuan psikologi, khususnya psikoterapi. Pendekatan
behavioristik yang dewasa ini banyak depergunakan dalam rangka melakukan
kegiatan psikoterapi dalam arti luas atau konseling dalam arti sempitnya,
bersumber pada aliran behaviorisme. Aliran ini pada mulanya tumbuh subur di
Amerika dengan tokohnya yang terkenal ekstrim, yakni John Broadus Watson, suatu
aliran yang menitik beratkan peranan lingkungan, peranan dunia luar sebagai
factor penting di mana seseorang dipengaruhi, seseorang belajar.
Pada abad ke-17, dunia
pengetahuan Filsafat ditandai oleh dua kubu besar yakni kubu “empiricism”
(physical science) dan kubu “naturalism” (biological science). Pada akhir abad
yang lalu, mempengaruhi lahirnya aliran behaviorisme dengan
pendekatan-pendekatannya yang kemudian menjadi terkenal dengan terapi perilaku
(behavior therapy) dan perubahan perilaku (behavior modification).
Konsep Manusia Dalam Behavioristik
Para ahli psikologi
behavioristik memandang manusia tidak pada dasarnya baik atau jahat. Para ahli
yang melakukan pendekatan behavioristik,memandang manusia sebagai pemberi respons
(responder), sebagai hasil dari proses kondisioning yang telah terjadi.
·
Dustin & George (1977) yang dikutip oleh George
& Cristiani (1981), mengemikakan pandangan behavioristik terhadap konsep
manusia, yakni :
1. Manusia
di pandang sebagai individu yang pada hakikatnya bukan individu yang baik atau
yang jahat,tetapi sebagai individu yang selalu berada dalam keadaan sedang
mengalami,yang memiliki kemampuan untuk menjadi sesuatu pada semua jenis
perilaku.
2. Manusia
mampu mengkonseptualisasikan dan mengontrol perilakunya sendiri.
3. Manusia
mampu memperoleh perilaku yang baru.
4. Manusia
bisa mempengaruhi perilaku orang lain sama halnya dengan perilakunya yang bisa
dipengaruhi orang lain.
·
Ivey, et al (1987) mengemukakan bahwa pernah para
pendukung pendekatan behavioristik merumuskan manusia sebagai manusia yang
mekanistik dan deterministik, dimana manusia dianggap bisa dibentuk sepenuhnya
oleh lingkungan dan sedikit memiliki kesempatan untuk memilih. Namun pendekatan
behavioristik yang baru, menitikberatkan meningkatnya kebebasan dan pilihan
melalui pemahaman terhadap dasar-dasar perilaku seseorang.
·
Corey (1991) mengemukakan bahwa pada terapi perilaku,
perilaku adalah hasil dari belajar. Kita semua adalah hasil dari lingkungan
sekaligus adalah pencipta lingkungan. Tidak ada dasar yang berlaku umum bisa
menjelaskan semua perilaku. Karena, setiap perilaku ada kaitanya dengan sumber
yang ada di lingkungan yang menyebabkan terjadinya sesuatu perilaku tersebut.
·
Albert Bandura (1974, 1977, 1986) yang terkenal
sebagai tokoh teori sosial-belajar, menolak suatu konsep bahwa manusia adalah
pribadi yang mekanistik dengan model perilakunya yang deterministik. Pengubahan
(modifikasi) perilaku bertujuan untuk meningkatkan kemampuan seseorang agar
jumlah respon akan lebih banyak
Behaviorisme muncul sebagai kritik lebih lanjut dari
strukturalisme Wundt. Meskipun didasari pandangan dan studi ilmiah dari Rusia,
aliran ini berkembang di AS, dan merupakan lanjutan dari fungsionalisme.
Behaviorisme secara keras menolak unsur-unsur
kesadaran yang tidak nyata sebagai obyek studi dari psikologi, dan membatasi
diri pada studi tentang perilaku yang nyata. Dengan demikian, Behaviorisme
tidak setuju dengan penguraian jiwa ke dalam elemen seperti yang dipercayai
oleh strukturalism. Berarti juga behaviorisme sudah melangkah lebih jauh dari
fungsionalisme yang masih mengakui adanya jiwa dan masih memfokuskan diri pada
proses-proses mental.
Meskipun pandangan Behaviorisme sekilas tampak radikal
dan mengubah pemahaman tentang psikologi secara drastis, Brennan (1991)
memandang munculnya Behaviorisme lebih sebagai perubahan evolusioner daripada
revolusioner. Dasar-dasar pemikiran Behaviorisme sudah ditemui berabad-abad
sebelumnya.
Prinsip Dasar Behaviorisme
§ Perilaku
nyata dan terukur memiliki makna tersendiri, bukan sebagai perwujudan dari jiwa
atau mental yang abstrak
§ Aspek mental
dari kesadaran yang tidak memiliki bentuk fisik adalah pseudo problem untuk
sciene, harus dihindari.
§ Penganjur
utama adalah Watson : overt, observable behavior, adalah
satu-satunya subyek yang sah dari ilmu psikologi yang benar.
§ Dalam
perkembangannya, pandangan Watson yang ekstrem ini dikembangkan lagi oleh para
behaviorist dengan memperluas ruang lingkup studi behaviorisme dan akhirnya
pandangan behaviorisme juga menjadi tidak seekstrem Watson, dengan
mengikutsertakan faktor-faktor internal juga, meskipun fokus pada overt
behavior tetap terjadi.
§ Aliran
behaviorisme juga menyumbangkan metodenya yang terkontrol dan bersifat
positivistik dalam perkembangan ilmu psikologi.
§ Banyak ahli
(a.l. Lundin, 1991 dan Leahey, 1991) membagi behaviorisme ke dalam dua periode,
yaitu behaviorisme awal dan yang lebih belakangan.
Ini sumbernya dari mana?
ReplyDelete