BAB II
PENGANTAR
1. Gangguan Perkembangan Motorik
Perkembangan motorik berarti
perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat
syaraf, dan otot yang terkoordinasi. Pengendalian tersebut berasal dari
perkembangan refleksi dan kegiatan massa yang ada pada waktu lahir. Sebelum
perkembangan tersebut terjadi, anak akan tetap tidak berdaya.[1]
Perkemabangan fisik atau disebut juga
perkembangan motorik merupakan proses tumbuh kemabangnya kemampuan gerak
seorang anak. Setiap gerakan yang dilakukan anak merupakan hasil pola interaksi
yang kompleks dari berbagai bagian dan sistem dalam tubuh yang dikontrol oleh
otak. Perkembangan motorik ini meliputi perkembangan motorik kasar dan dan
motorik halus.
a.
Perkembangan motorik kasar
Kemampuan untuk duduk, berlari, dan
melompat termasuk dalam perkembangan motorik kasar. Otot-otot besar dan
sebagian atau seluruh anggota tubuh digunakan untuk melakukan gerakan tubuh.
b.
Perkembangan motorik halus
Perkembangan motorik halus adalah
perkembangan gerakan anak yang menggunakan otot-otot kecil atau hanya sebagian
anggota tubuh tertentu. Perkembangan pada aspek ini untuk belajar dan berlatih.
Kemampuan menulis, menggungting dan menyusun balok termasuk contoh dalam
gerakan motorik halus.[2]
beberapa gangguan perkembangan
motorik yang nampak pada anak usia dini:
1.
Berat badan yang tidak
normal dalam perkembangan koordinasi motorik, yang tidak disebabkan oleh
retardasi mental, gangguan neurologis yang didapat maupun
konginental (Development Coordination Disorder). Gangguan ini bisa
bersamaan dengan kesulitan bicara.
2.
Saat bayi anak tidak bisa
merangkak, kalau merangkak seperti merayap Bila duduk posisi kaki seperti
huruf “ w” , Anak tampak aneh dalam berjalan, sering jatuh,
tersandung dan menabrak , Lambat belajar berlari, melompat dan naik turun
tangga, Kesulitan mengikat sepatu, Kesulitan memasang dan melepaskan kancing,
melempar dan menangkap bola , Anak tampak lamban dalam gerak
motorik halus & kasar , Benda yang dipegang sering jatuh , Tidak pandai menggambar, tulisannya sangat jelek , Sulit mengerjakan permainan jigsaw, menggunakan permainan yang
konstruksional , Sering disebut juga: the clumsy child
syndrome , Sering dijumpai kesulitan bersekolah, Pada
beberapa kasus bersamaan dengan gangguan perkembangan emosional dan
perilaku.
2. Kriteria gangguan menurut Pedoman Diagnosis
Gambaran utama dari gangguan ini
adalah hendaya berat dalam perkembangan koordinasi motorik yang tidak
semata-mata disebabkan oleh retardasi mental atau gangguan neurologis khas baik
yang didapat atau yang kongenital (selain dari yang secara implisit ada
kelainan koordinasi). Sesuatu yang biasa bahwa kelambanan motorik dihubungkan
dengan hendaya dalam kemampuan melaksanakan tugas kognitif visuo-spasial.
Kriteria
Gangguan (Pedoman Diagnosis)
-
Koordinasi motorik anak, dalam gerak halus
atau kasar, harus secara bermakna di bawah rata-rata dari yang harus
berdasarkan usianya dan inteligensia umum. Keadaan ini terbaik dinilai dengan
tes baku dari koordinasi motorik.
-
Kesulitan dalam koordinasi harus sudah tampak
sejak dalam fase perkembangan awal (bukan merupakan hendaya yang didapat), dan
juga bukan akibat lansung dari gangguan penglihatan atau pendengaran atau dari
gangguan neurologis lainnya.
-
Jangkauan dari gangguan yang meliputi
koordinasi motorik halus dan kasar sangat luas, dan pola hendaya motorik
bervariasi sesuai usia. Tahap perkembangan motorik dapat terlambat dan dapat
berkaitan dengan kesulitan berbicara (khususnya mengenai gangguan artikulasi).
Anak
tampak aneh cara berjalannya, lambat belajar berlari, meloncat dan naik turun
tangga. Terdapat kesulitan belajar mengikat tali sepatu, memasang dan
melepaskan kancing, serta melempar dan menangkap bola. Anak tampak lamban dalam
gerak halus dan kasar, benda yang dipegang mudah terjatuh, tersandung,
menabrak, dan tulisan tangan yang buruk. Tak pandai menggambar, dan silit
mengerjakan permainan “jigsaw” menggunakan perlatan konttruksional, menyusun
bentuk banginan, membangun model, main bola serta menggambar dan mengerti peta.
Sering disebut juga “the Clumsy Child Syndrome”
-
Kesulitan bersekolah dan dijumpai dan
kadang-kadang tarafnya sangat berat; dalam beberapa kasus terdapat juga masalah
perilaku sosio-emosional, tetapi freuensi dan cirinya tidak banyak diketahui.
-
Tidak dijumpai kelainan neurologis yang nyata
(seperti cerebral palsy atau distrofi otot). Pada kebanyakan kasus kelambatan
perkembangan neurologis (didapatkan “soft neurological signs” yang dapat
terjadi pada anak normal tanpa menunjukkan lokasi lesi). Pada beberapa kasus
dapat dijumpai riwayat komplikasi perinatal. Seperti berat badan lahir rendah
(lahir prematur).
BAB II
PENYEBAB MUNCULNYA GANGGUAN
Pada usia
sekolah di mana aktivitas anak mencapai puncaknya, sangat tinggi kemungkinan
terjadinya kelelahan atau kecelakaan yang dapat menimbulkan gangguan motorik.
Gangguan perkembangan lain yang banyak muncul pada masa anak anatara lain
gangguan bicara, keterlambatan mental, autis, lambat belajar, gangguan
pemusatan perhatian attention deficit disoreder, dan lain-lain.[3]
Ketika
anak melakukan aktivitas kemungkinan besar banyak terjadinya faktor-faktor yang
dapat menyebabkan perkembangan motorik kasar dan halus terganggu, seperti :
-
kecelakaan yang dapat menyebabkan cacat pada
anak sehingga mempengaruhi proses perkembangan motorik anak.
-
obesitas yaitu kelebihan berat badan sehingga
anak tidak dapat bergerak bebas lebih banyak diam dari pada melakukan sesuatu
yang dapat menransang perkembangan motoriknya.
-
Ketegangan emosi menggangu ketangkasan
motorik. Kesiapan tubuh untuk berpiralaku dalam permainan ketakasan motorik
menjadi berat, menyebabkan anak menjadi kaku dan canggung, serta dapat
mengakibatkan gangguan bicara antara lain menggagap.[4]
BAB III
INTERVENSI UNTUK MENGATASI GANGGUAN PERKEMBANGAN MOTORIK
Jurnal THE IMPACT
OF EDUCATIONAL PLAY ON FINE MOTOR SKILLOF CHILDREN yang disusun oleh Mojgan
Farahbod Asghar Dadkhah, Ph.D., yang dimuat dalam jurnal Middle East Journal of
Family Medicine Penelitian ini dilakukan
dalam upaya untuk membandingkan koordinasi mata-tangan, koordinasi tangan-tangan dan kecepatan keterampilan
tangan (kanan dan kiri) dalam dua
kelompok anak-anak.
Dalam
jurnal tersebut Schaaf (1990) menyatakan
bahwa menerapkan pendekatan integrasi sensorik dalam terapi okupasi untuk anak-anak sebelum-sekolah dan
menunjukkan efek pengobatan melalui
penilaian perilaku bermain.
Bundy (1993) menyatakan
bahwa terapis okupasi menggunakan
bermain sebagai sarana untuk menciptakan keberhasilan
terapi. Dia merekomendasikan
bahwa terapis okupasi harus
memberikan definisi yang tepat dari bermain. Karena bermain
merupakan sarana penting untuk
intervensi, itu harus dibedakan
dari kegiatan yang tidak-
bermain. Jika terapis okupasi
percaya pada pentingnya bermain mereka akan menganggapnya sangat serius.
Perlakuan komponen dasar keterampilan, seperti keterampilan motorik halus dan kasar, yang ada dalam anak bermain, dapat menjadi pendekatan intervensi (Bundy &
Clifford, 1989).[5]
a.
Terapi Okupasi
Occupational therapy berasal dari kata occupational
yang artinya aktivitas dan therapy berarti penyembuhan atau pemulihan,
sehingga occupational therapy adalah proses penyembuhan melalui
aktivitas. Aktivitas yang dikerjakan tidak hanya sekedar
membuat sibuk pasien, melainkan aktivitas fungsional yang mengandung efek
terapetik dan bermanfaat bagi pasien. Artinya aktivitas yang langsung
diaplikasikan dalam kehidupan.
Sebagian
penyandang kelainan perilaku, juga mempunyai perkembangan motorik yang kurang
baik. Gerak-geriknya kasar dan kurang luwes bila dibandingkan anak normal
sesusianya. Pada anak-anak ini perlu diberi bantuan terapi okupasi untuk
membantu menguatkan, memperbaiki koordinasi dan kemampuan ototnya. Otot jari
tangan misalnya, sangat penting dikuatkan dan dilatih supaya anak bisa menulis
dan melakukan semua hal yang membutuhkan keterampilan otot jari tangan. Seperti
juga menunjuk, bersalaman, memegang raket, memetik gitar, main piano, dan
lain-lain.[6]
BAB VI
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Perkemabangan
fisik atau disebut juga perkembangan motorik merupakan proses tumbuh
kemabangnya kemampuan gerak seorang anak. Setiap gerakan yang dilakukan anak
merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan sistem
dalam tubuh yang dikontrol oleh otak. Perkembangan motorik ini meliputi
perkembangan motorik kasar dan dan motorik halus.
Pada usia sekolah di mana aktivitas
anak mencapai puncaknya, sangat tinggi kemungkinan terjadinya kelelahan atau
kecelakaan yang dapat menimbulkan gangguan motorik. Gangguan perkembangan lain
yang banyak muncul pada masa anak anatara lain gangguan bicara, keterlambatan
mental, autis, lambat belajar, gangguan pemusatan perhatian attention deficit
disoreder, dan lain-lain.
Sebagian penyandang kelainan perilaku, juga
mempunyai perkembangan motorik yang kurang baik. Gerak-geriknya kasar dan
kurang luwes bila dibandingkan anak normal sesusianya. Pada anak-anak ini perlu
diberi bantuan terapi okupasi untuk membantu menguatkan, memperbaiki koordinasi
dan kemampuan ototnya. Otot jari tangan misalnya, sangat penting dikuatkan dan
dilatih supaya anak bisa menulis dan melakukan semua hal yang membutuhkan
keterampilan otot jari tangan. Seperti juga menunjuk, bersalaman, memegang
raket, memetik gitar, main piano, dan lain-lain.
[1]
Elizabeth B.Hurlock, “Perkembangan Anak”, Jilid 1, pernerbit erlangga, hal.150
[2]
Dr.Zulehah Hidayati, “Anak Saya tidak nakal, kok”, penerbit B First, PT Bentang
Pustaka, hal.61
[3] Aulia
Fadhli, “Buku Pintar Kesehatan Anak”, 2010, Pustaka Anggrek, Yogyakarta. Hal.10
[4] Dra.
Yulia Singgih D. Gunarsa, “asas-Asas Psikologi : Keluarga Idaman”PT BPK Gunung
Mulia, Hal. 61
[5] Journal
THE IMPACT OF EDUCATIONAL PLAY ON FINE MOTOR SKILLOF CHILDREN
[6] Jurnal
Proveitae, Volume 2, FAK.UNIV Psikologi Tarumanegara , Jakarta, OBOR INDONESIA.
No comments:
Post a Comment